RANCAMULYA - Lama bekerja di pabrik tahu Sumedang membuat Pak Ade Sukarna, 65 tahun, paham cetakan tahu atau ancak. Kerap mendapati ancak tahu yang tak kokoh lagi sehingga mengganggu saat mau mencetak dan memotong tahu menjadi ukuran kecil.

Ia melihat peluang dan memutuskan keluar dari pabrik tahu. Memilih usaha mandiri membuat ancak tahu. Ancak tahu dibuat sekuat mungkin dan tidak cepat rusak. Lebih dari 10 tahun Pak Ade dan keluarganya merintis usaha ancak di rumahnya di Dusun Bojong, Desa Rancamulya, Kecamatan Sumedang Utara. Memulai dengan alat manual dan sekarang memakai mesin untuk menyerut kayunya.

Atas kegigihan usaha mandirinya, Bupati Dony Ahmad Munir berkunjung ke rumah Ade yang bagian depannya jadi bengkel tempat kerjanya. "Setiap bulan harus menyelesaikan minimal 1.300 ancak tahu dari pemesannya yang berasal dari Jakarta, Bekasi bahkan sampai Pasuruan dan Surabaya," kata Ade saat berbincang dengan bupati akhir pekan ini.

Ade memotong dan menyerut kayu, anaknya yang perempuan memaku ancak dan anak yang lain memasang anyaman bambu untuk alas ancak. "Luar biasa sudah punya pasar sendiri dan usah adirintis asecara mandiri. Apa yang menjadi kesulitan Pak Ade saat ini," kata Bupati Dony.

Mendapat pertanyaan itu, Ade mengaku kesulitan memenuhi permintaan pemesan karena terbentur modal. "Kesulitan dana pak, jadi sulit berkembang," kata Ade yang ditimpali bupati orang mana dana teh.

Saat dikunjungi ke rumahnya, bupati memberi tambahan modal usaha dan meminta pihak desa dan kecamatan aktif memandu orang seperti Pak Ade untuk berkembang. BUMDes bisa dilibatkan, kecamatan dan Diskoperindag menjadi fasilitator. "Apalagi Pemkab Sumedang mempunyai program satu desa satu produk, one village one product," katanya. (rsi)

(penerbit: sumedangkab.go.id)