Penulis: Endan Dodi Kusnaedi | Editor: Vera Suciati

DISKANAK - Sistem budidaya ikan dengan cara bioflok untuk jenis ikan lele dan nila dianggap lebih menguntungkan bagi petani ikan dibandingkan cara konvensional. Betapa tidak, selain tidak memerlukan lahan yang luas dan aliran air yang deras proses pemeliharaan dan pengawasanya relatif lebih mudah dan waktu yang lebih singkat.

Kabid Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang Rudi Hadian mengatakan dengan tingkat kepadatan yang tinggi yaitu sekitar 150 ekor per meter persegi sangat memungkinkan petani ikan mendapatkan hasil maksimal.

"Umur panennya juga tidak terlalu lama, dengan waktu sekitar 3 bulan petani ikan sudah dapat memanennya," kata Rudi, Jumat (23/9/2022).

Selain itu, menruut Rudi, budidaya ikan dengan bioflok juga bisa menghemat pakan. Misalnya pada metode budidaya konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata diatas 1 maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dibawah 1. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan lebih dari 1 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan, pakan yang diperlukan dibawah 1 kg. Selain itu air dari sistem bioflok ini juga dapat digunakan untik pupuk pada pertanaman padi.

"Seperti yang telah dicoba di daerah Purbalingga, air bioflok yang digunakan pupuk bisa meniingkatan rendeman padi, dimana yang biasanya 1 kwintal.padi menghasilkan 60 kg beras, maka dengan pupuk bioflik bisa meningkat menjadi 70 kg beras," terangnya. (*).

(penerbit: sumedangkab.go.id)