RANCAKALONG – Jika Anda sering melewati  jalan Sumedang -Subang pasti tidak asing lagi ketika di jalan menemukan pedagang wedang tepatnya di sekitar Dusun Lamping, Desa Cibungur, Kecamatan Rancakalong. Wedang adalah air pohon aren  yang telah dipanaskan terlebih dahulu dan siap untuk diminum secara langsung.

Setiap pagi Anang (55) warga Dusun Babakan Desa Pangadegan Rancakalong yang sehari harinya memang menyadap pohon aren selalu menjual hasil sadapannya dalam bentuk wedang. "Dari pada diolah menjadi gula, lebih menguntungkan dijual dalam bentuk wedang," jelas Anang Minggu (5/7/2020).

Dijelaskan Anang dari satu lodong lahang bila diolah menjadi gula paling hanya sekitar 2 bungkus gula merah dan bila dijual seharga Rp 30.000. Namun lanjutnya bila dijual dalam bentuk wedang bisa menghasilkan uang Rp 80.000, dimana satu lodong lahang yang telah dipanaskan menjadi wedang di kemas dalam 40 bungkus plastik dan satu plastik siap sedot ini di jual Rp 2.000. "Secara ekonomis memang lebih menguntungkan dijual wedangnya, kalau dibuat gula lama mengolahnya," jelasnya.

Diakui Anang dipilihnya jalan Sumedang Subang sebagai tempat berjualan selain karena dekat dengan tempat tinggalnya juga dirasakan ramai. Menurutnya tidak sampai tengah hari 40 bungkus wedang yang ia jajakan habis dibeli para pengguna jalan.

Diakui Anang profesi menyadap pohon aren merupakan warisan dari orangtuanya. "Ayah saya dulu juga penyadap pohon aren, namun karena sekarang sudah tua istirahat dan dilanjutkan oleh saya," katanya.

Menurut Anang tidak semua orang bisa melakukan profesi ini, selain diperlukan keahlian dalam memanjat, diperlukan juga keahlian mengurus bakal bahan yang akan disadat di pohon aren. "Kalau tidak bisa mengurusnya di jamin air lahang tidak akan keluar, sehingga memang dibutuhkan keahlian khusus," ujarnya. [end]

(penerbit: sumedangkab.go.id)