JATINUNGGAL - Warga di sejumlah wilayah di Jatigede harus bersiap mencegah krisis air bersih. Ketiadaan hujan semenjak beberapa bulan lalu menjadi faktor utama kemungkinan terjadinya krisis air bersih. Kesulitan air dirasakan di Desa Ciranggem,Cisampih, Mekarasih, Cipicung dan desa lainnya. "Kesulitannya ya karena warga tidak banyak yang memiliki sumur, selama ini sumber air hanya mengandalkan dari mata air yang diulur menggunakan selang," ujar Kades Mekrasih, Cecep Suryana, Minggu (30/8/2020).

Dikatakan, kesulitan air bersih secara tidak langsung berdampak luas tak hanya terhadap warga, juga terhadap kelangsungan komoditi pertanian, ternak dan kesehatan. “Di Mekarasi,  warga terpaksa menghemat air,” katanya.

Menurutnya, untuk air minum, ketika sedang krisis air bersih, banyak warga yang membeli air kemasan galonan. Sedangkan untuk kebutuhan mandi,cuci mengandalkan air dari sumber mata air yang kondisinya debit airnya sudah banyak yang kering. “Kesulitan air, bisa berpotensi mengganggu kesehatan. Karena warga sudah tidak peduli terhadap tingkat kebersihan air,” katanya.

Di Ciranggem, biasanya krisis air bersih terjadi ketika dua bulan tidak turun hujan. Pada dasarnya warga Ciranggem sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Karena setiap tahun ketika sudah memasuki kemarau pasti mengalami kesulitan air.

Imbas yang paling terasa adalah berdampak pada perkembangan komoditi palawija yang saat ini banyak ditanam warga.  Guna mengantisipasi terjadinya kesulitan air sejumlah langkah biasanya ditempuh oleh permerintah desa. Seperti menjaga sumber mata air agar ketersedian airnya tetap ada dengan menerapkan sistem gilir pakai air di masyarakat. "Ya mudah-mudahan untuk tahun ini tidak terlalu parah kesulitan airnya," kata Mulyana. (nsa)

(penerbit: sumedangkab.go.id)