SUMEDANG KAB.GO.ID, BUAHDUA - Mengolah makanan berbahan baku dari kampung sendiri menjadi sebuah tantangan bagi Neli Nurhasanah (30), perajin makanan ringan dari Buahdua. Makanan ini tercipta dari keinginan Neli yang ingin mengolah bahan baku dari petani sekitar rumah. Maka jadilah wingko, makanan manis berbahan baku tepung beras dan ketan dibalut parut kelapa muda.
Wingko memang bukan makanan inovasi baru. Wingko biasa dicicip jika ada oleh-oleh dari Jawa Tengah. Namun wingko dari Buahdua hasil produksi Neli ini berbeda dengan wingko dari Jawa Tengah. Teksturnya lebih lembut, tebal dan manis legit yang gurih dari kelapa parut muda.
Menurut Neli, usaha wingkonya sudah berjalan lima tahun yang kemudian diberi nama Wingko Azip's. Mei 2015 lalu adalah waktu pertama kali wingko diproduksi. Mula mula hanya memproduksi satu kali seminggu, dua kali seminggu sampai sekarang Neli memproduksi wingko setiap hari dan menghasilkan 300 buah wingko.
"Usaha ini sudah berjalan lima tahun dan hasilnya cukup memuaskan terlihat dari semakin seringnya produksi wingko menjadi setiap hari," kata Neli, warga RT 06 RW 10 Dusun Ciranten, Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua.
Wingko yang dibuat Neli dijual ke pasar. Selain itu, Neli juga menjualnya secara langsung ke setiap orang. Kini, pemesan wingko sudah dari hampir seluruh daerah di Sumedang.
"Sekarang wingko sudah banyak yang tahu dan pemesan sudah berdatangan dari mana-mana karena tahu dari mulut ke mulut saja," kata Neli.
Pada ramadhan kemarin, wingko diproduksi hingga dua kali lipatnya dan menghasilkan omset sekitar Rp. 5 juta. Penjualan hanya dari mulut ke mulut saja menyusul tingginya permintaan wingko sejak masuk masa karantina wilayah akibat wabah korona. Jika ditambah dengan penjualan ke pasar, omsetnya tentu bisa lebih.
"Omset sehari-hari mencapai Rp. 3-4 jutaan, tapi bulan ramadhan kemarin omsetnya hanya dari penjualan perorangan saja yang mencapai Rp. 5 jutaan," kata Neli.***(vrs)

(penerbit: sumedangkab.go.id)