Penulis : Agun Gunawan | Editor : Deddi Rustandi

DISDIK - Dinas Pendidikan (Disdik) Sumedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi fenomena bullying atau perundungan di satuan pendidikan selain melalui Tombol Darurat (panic button) di aplikasi Tahu Sumedang.

Kepala Disdik  Dian Sukmara menuturkan, sebagai langkah awal pihaknya telah melakukan sosialisasi klasterisasi dan zero bullying bagi para Kepala SMP di Kabupaten  Sumedang Wilayah IV SMP di Kabupaten Sumedang, meliputi Kecamatan Cisitu, Situraja, Darmaraja, Cibugel, Wado, dan Jatinunggal. "Kami telah berkumpul dengan para kepala sekolah di wilayah Rayon IV, mendiskusikan strategi menghadapi bullying yang semakin merajalela. Kami ingin melibatkan semua pihak dalam upaya pencegahan perundungan," katanya.

Selain itu kata Dian, pihaknya juga tengah mempersiapkan startegi menghadapi bullying dan perundungan melalui pembentukan kelembagaan maupun aplikasi elektronik.
"Kami mencoba mengakomodir semua aplikasi elektronik bullying terhadap anak, siswa, guru, kepala sekolah di lingkungan pendidikan apabila kurang nyaman di satuan pendidikan melalui e-PELITA (elektronik Perlindungan Bullying Terhadap Anak), yang dapat diakses oleh seluruh warga pendidikan Kabupaten Sumedang," ujarnya.

Dikatakan Dian, bahwa aplikasi e-PELITA memungkinkan siswa, guru, kepala sekolah, atau pihak manapun untuk melaporkan ketidaknyamanan yang mereka alami di lingkungan sekolah. Disebutkan, dalam konteks klasterisasi terdapat 4 level yang harus dipahami dalam beberapa tingkatan. "Level 1 menandakan bahwa perundungan masih dianggap sebagai norma. Sedangkan level 2 menunjukkan bahwa perundungan tidak lagi diterima sebagai norma. Pada level 3, sekolah diharapkan mampu mencegah terjadinya perundungan. Sementara level 4 menandakan bahwa sekolah telah mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan yang optimal bagi seluruh siswa," kata Dian.

Ia menambahkan, dengan upaya klasterisasi dan penerapan e-PELITA, Dinas Pendidikan Sumedang berharap dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan terbebas dari ancaman kekerasan bagi semua siswa. "Hal ini sejalan dengan visi terwujudnya pendidikan yang beradab dan kondusif di Kabupaten Sumedang. Karena ternyata kasus perundungan dan bullying tertinggi di Sumedang rupanya ada di tingkatan sekolah menengah," imbuhnya. [*]

(penerbit: sumedangkab.go.id)