SUMEDANGKAB.GO.ID, DARMARAJA - Kendati harus bersaing dengan produksi kacang moderen, kacang sangray yang diproduksi oleh para perajin di Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja, semenjak Tahun 1970 an, masih punya potensi yang prospektif. Rasanya yang murni serta kandungan tanpa bahan pengawet serta kerenyahan membuat kacang sangray masih banyak diminati pembeli.

Terbukti, seorang perajin di Dusun Cileumbu, Ujang Suyatna (43), masih mampu memproduksi 20 Kg kacang sangray per harinya.

Hal itu, selain bahan baku memang didapat tak jauh dari wilayahnya, juga permintaan pasar akan kacang sangray produksinya, memang terus ada. Bahkan kacang sangray tersebut sudah punya pasar dan langganan tetap.

“Pasarnya sih tak jauh, paling untuk pasar di wilayah Sumedang, dan biasanya di warung-warung,” ujar Ujang, Sabtu (30/11/2019).

Dalam proses produksinya,kacang sangray tersebut dilakukan secara manual dan sederhana. Terlebih dahulu, kacang mentah tua yang sudah melalui pengeringan di seleksi, kemudian direndam air yang sudah dicampur garam selama 15 menit, setelah itu kembali dijemur . Setelah benar-benar kering, kacang kemudian di sangray diwajan yang sudah berisi pasir selama dua jam, namun catatan proses sangray biasanya menggunakan tungku dan sumber apinya dari kayu bakar.

“Supaya rasa khas kacangnya tak hilang,” ungkapnya.

Dalam pengemasan, perajin hanya menggunakan plastik polos, biasanya dikemas dalam kantung plastik satu kilogram dan bungkus kecil.

Untuk harga, perajin menjual kacang sangray ke pasar Rp. 15.000 – Rp. 20.000 per kilogram.

“Kalau yang dibungkus kecil biasanya dijual harga Rp.2.000, itu biasanya dijual di warung-warung kecil,” ujar perajin lainnya Kacang sangray masih ditekuni perajin, karena selain masih banyak pelanggan juga merupakan lahan usaha sejumlah sebagian warga di Desa Pakualam.***(nsa)

(penerbit: sumedangkab.go.id)