SUMEDANGKAB.GO.ID, KOTA – Bagi pengunjung Festival Kopi yang kemarin diselenggarakan, tentu sudah tidak asing dengan nama Ghidaq Al-nizar, si pelukis kopi tanpa sisa. Apalagi ketika Ghidaq melukis telapak tangan bupati juga memberikan satu buah pigura lukisan kopi ke hadapan bupati.

Lantas, siapakah Ghidaq Alnizar?

Pemuda ini ternyata lahir di Sumedang. Usianya kini 29 tahun dan sekarang tinggal di Lingkungan Parigi, Perumahan Parigi Asri, Kecamatan Sumedang Utara. Ghidaq dulu pernah tinggal di Lingkungan Kaum, Mesjid Agung Sumedang. Lalu kuliah di Sastra Inggris –Universitas Pendidikan Indonesia.

Ghidaq memang suka dan pandai melukis. Ketertarikannya terhadap seni sangat tinggi. Suatu ketika, Ghidaq yang memang suka minum kopi dan sesekali ngopi di café, tertarik dengan lukisan latte art. Yaitu, lukisan seorang barista pada busa kopi di atas secangkir kopi latte. Setiap berkunjung ke café, lukisan yang terlihat di busa itu itu-itu saja dan membuat Ghidaq bosan dan kesal.

Lalu, ia memberanikan diri meminta bariostanya untuk mengajarkan membuat busa kopi dan ia akan lukis sendiri latte-nya. Maka setiap kali ke café, ia pesan satu cangkir latte dan melukis diatasnya.

Namun, suatu hari Ghidaq snagat tidak punya uang lalu memilih menyeduh kopi instan sachet di rumah. Sambil merenung hinga kopi habis dan menyisakan kerak di cangkirnya. Tiba-tiba, ia melihat sebuah pola bagus pada cangkir kopi yang terbentuk akibat ampas kopi hitam.

Segera ia mengambil ampas kopinya, lalu menungkannya pada permukaan piring dan mulai membentuk senbuah pola. Tak butuh waktu lama, hasil lukisannya ia posting di instagram yang baru saja ia buat dan unduh. Seketika, beragam pujian dan apresiasi ditujukan untuknya.

Sejak saat itu, Ghidaq menyadari bahwa ia akan menekuni melukis ampas kopi.***(vrs)

(penerbit: sumedangkab.go.id)