SITURAJA - Seni tradisi itu indah dan tak ketinggalan jaman. Seperti itulah gambaran yang ingin disampaikan Komunitas Balungbang Isuk (KBI). Salah satu komunitas kecil, KBI, punya kemauan yang kuat untuk merenda kembali dan mengajak para kaum muda untuk icikibung di dalamnya.

Berbeda dengan komunitas lain, komunitas yang lahir dari kebiasaan kongkow ngopi bareng di salah satu sudut di kota Kecamatan Situraja itu persisnya di Desa Situraja Utara, menjadi komunitas yang produktif. Kendati tidak dibentuk secara formal, komunitas ini sudah memiliki anggota ratusan, baik anak-anak, remaja muda maupun tua, yang tersebar di Situraja dan di luar Situraja. Selain punya anggota yang lumayan banyak kini komunitas juga konsen dalam pembuatan alat seni tradisional karinding dan wayang bebegig.

Dayat Sutedja sang pupuhu, mengakui komunitasnya tidak terlihat hegemoni dan tidak di setting untuk formal, menurutnya komunitas seni harus apa adanya, karena seni bukan sesuatu yang direncanakan. “Mengalir saja, biarkan semua terbentuk dengan kesadaran dan pemikirannya sendiri, sehingga tidak ada sekat atau ruang yang memisahkan, karena seni seutuhnya timbul dari kesadaran,” kata Tedja, Minggu (3/11/2019)

Setelah berjalan empat tahun, kata Tedja, komunitas Balungbang Isuk, kini menekuni pembuatan alat musik karinding, alat musik yang terbuat dari bambu tersebut, mampu dipasarkan kemana-mana. Selain membuat karinding, KBI juga membuat wayang bebegig yang terbuat jerami kering menyerupai orang-orangan.

Menurut Tedja, hal itu dilihami dari diskusi-diskusi kecil di KBI, untuk wayang bebegig ini, tutur Tedja mempunyai nilai filosopis seperti wayang. “Biasanya dipentaskan mengikuti gamelan yang ada, namun lebih menitik beratkan pada simbol-simbol yang ada di kehidupan,” katanya seraya menyebutkan, wayang bebegig pernah ditampilkan di Festival Situraja dengan tema korupsi.

Dengan itu, ungkap Tedja, untuk memelihara nilai seni, jangan berhenti beraktivitas, kemudian kembangkan ide-ide segar, terutama idenya kaum muda. “Kemauan yang kuat, serta berpikir kreatif, dengan itu seni tak akan mati. Dan ini adalah tugas pemuda untuk mupustinya,” katanya.

Tedja mengakui, respon terhadap seni tradisional masih lemah dikalangan masyarakat, sehingga perlu dibentuknya komunitas-komunitas yang respon terhadap permasalahan tersebut.  “Yang penting komunitas-komunitas itu lepas dari kepentingan apapun, jadi harus murni kesadaran untuk memelihara nilai seni saja,” katanya.

KBI yang tumbuh dengan kesederhanaan memang punya impian untuk menjadi wadah pemikiran-pemikiran kaum seniman muda. Sehingga tak heran jika KBI terus berupaya untuk bisa mewujudkannya. “Inginnya kami sih punya tempat, semacam sanggar lah, agar kita bisa kumpul dan diskusi disitu, sehingga ide-ide kecil bisa berkembang, karena semua kesuksesan berawal dari ide-ide kecil,” ujar salah satu anggota KBI, Cucu Supriadi. (nsa)

(penerbit: sumedangkab.go.id)