UJUNGJAYA - Ketua Kelompok Tani Sayang Kaak Desa Kudangwangi, Kecamatan Ujungjaya Dodo Warda memprakarsai upaya konservasi burung hantu Tyto Alba. Burung hantu Tyto Alba dinilai sangat berperan mampu menekan perkembangan hama tikus di kawasan pertanian. "Sekarang para petani memperbaharui rumah burung hantu (rubuha) yang rusak dimakan usia,” kata Dodo, Senin (6/12/2019).

Menurutnya, ada 13 unit rubuhan yang diperbaiki secara swadaya. “Setiap unit menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp 1 juta," ujarnya.

Dikatakan, hal ini pula diikuti oleh  Gapoktan Sri Mekar Tani Desa Keboncau. Mereka memperbaharui dan memasang rubuha baru sebanyak 15 unit.  "Sungguh luar biasa dan patut diikuti oleh kelompok lainnya, untuk lebih mendayagunakan peranan musuh alami, yaitu burung Tyto Alba sebagai pengendali hama tikus," ujarnya.

Awalnya, kata Dodo, lahan sawah di Kecamatan Ujungjaya merupakan basis serangan tikus. Akibatnya petani banyak gagal panen atau puso karena serangan tikus. Upaya pengendalian serangan hama tikus, selain pemanfaatan burung Tyto Alba, telah dilakukan dengan cara gropyokan dan pemasangan umpan beracun dengan rodentisida. Bahkan, cara yang berbahaya memasang kabel strum listrik menggunakan jenset telah dilakukan.  "Namun hasilnya serangan tikus tetap tinggi saat itu," ujar Dodo.

POPT BPTPH Provinsi Jabar yang bertugas di Kecamatan Ujungjaya, Hikmat Sumantri mengatakan, data luas akibat serangan tikus sebelum melakukan konservasi Tyto Alba mencapai lebih dari 250 hektare dengan kerugian mencapai  Rp 5 miliar tiap musimnya, dari luas baku areal sawah 2.692 hektare di Kecamatan Ujungjaya.  

"Setelah pemanfaatan burung hantu Tyto Alba yang diterapkan sejak tahun 2014, setiap musim serangan tikus menurun drastis. Mulai tahun 2017 sampai sekarang tidak ada lagi serangan tikus yang merugikan secara ekonomis," ujar Hikmat.

Dikatakan, hingga sekarang petani merasa yakin burung hantu Tyto Alba sangat besar peranannya sebagai penekan populasi tikus.  "Dalam satu malam, melalui aktifitasnya Tyto Alba mampu membunuh 5-10 ekor tikus. Bahkan, dengan jeritan suara dari burung tersebut mampu mengamankan luas lahan seluas 10 hektar," jelasnya.

Keberadaan rubuha sangat berperan penting dalam upaya melestarikan burung Tyto Alba. Dengan kelemahan burung tersebut merupakan satu satunya burung yang tidak bisa membuat sarang sendiri. Dengan dibuatkan rubuha, Tyto Alba akan menempati rubuha secara menetap dan berkembang biak.  "Bahkan, dengan menempatkan unit unit rubuha di sawah akan memindahkan populasi Tyto Alba dari hutan pindah ke sawah. Dengan aktifitas hidupnya secara langsung mengamankan pertanaman padi dari serangan tikus," kata dia.

Rubuha yang dibuat secara swadaya di Kecamatan Ujungjaya total berjumlah 31 unit. Masing masing di Desa Kudangwangi 13 unit, Keboncau 10 unit, Cipelang 5 unit, Sakurjaya 3 unit. Sementara, jumlah total yanf ada di Kecamatan Ujungjaya sebanyak 281 unit. (agn)

(penerbit: sumedangkab.go.id)