SUMEDANGKAB.GO.ID, DINKES - Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) menjadi pedoman bagi para ibu untuk merawat dan mengurus balita. Jika melenceng dari apa yang diinformasikan dari KIA maka sedera hubungi petugas medis. Misalnya, berat badan tak sesuai. Tidak mau makan jenis makanan tertentu dan lain sebagainya.

Sayangnya, KIA jarang digunakan untuk para ibu sehingga tumbuh kembang anak tdak terawasi. Baru ada intrevensi medis setelah kondisi gizi atau tubuh kembang anak tidak normal.

“KIA juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. Oleh karenanya cukup KMS yang jadi pedoman kesehatan balita,” kata Kasi Kesga Dinas Kesehatan Ai Andriani, Selasa (4/2/2020).

Manfaat KIA adalah sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap yang meliputi pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

Untuk mengurangi angka kesakitan balita, Dinkes menyosialisasikan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan suatu pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan secara menyeluruh

“Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dasar,” kata Ai yang menambahkan bahwa WHO mengakui pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.***(vrs)

 

 

(penerbit: sumedangkab.go.id)