SUMEDANGKAB.GO.ID, KOTA - Para tokoh seni budaya di Sumedang komitmen akan memelihara alam dengan pola pendekatan budaya. Fenomena banyaknya alam yang rusak tak lain karena ulah manusia itu sendiri.

"Bukan hanya budayawan, semua masyarakat harus ngamumule (memelihara) kondisi alam. Salah satunya ada niatan memelihara alam dengan kesadaran dari diri sendiri," ujar tokoh seni budaya Sumedang, Deden 'Absurd', Selasa (31/3/2020).

Menurutnya, imbas kerusakan alam berdampak pada banyaknya terjadi bencana. Sebagai contoh, di Sumedang pernah terjadi sejumlah bencana akibat kerusakan alam.

"Upaya paling konkrit yang bisa dilakukan oleh kami (budayawan) untuk memelihara alam adalah dengan mau menanam pohon di berbagai lahan. Terutama lahan di bukit atau pegunungan," ujarnya.

Ia menggambarkan, konteks dalam simbol menyadarkan diri untuk menjaga alam itu seperti melalui acara ngarumat jagat. Disitu kami bisa menafakuri perlakuan manusia terhadap alamnya. Banyak perilaku buruk yang dilakukan manusia terhadap alam. Sehingga keburukan pula yang didapat," tuturnya.

Dikatakan, memelihara alam bisa dilakukan dengan kearifan lokal. Dari sejak dini harus ditanamkan, jangan menimbulkan kerusakan pada alam mengingat dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita nanti. Untuk itu budayakan kesadaran untuk memelihara alam. *** (rsi)

Tokoh Budayawan Komit Pelihara Alam

SUMEDANGKAB.GO.ID, KOTA - Para tokoh seni budaya di Sumedang komitmen akan memelihara alam dengan pola pendekatan budaya. Fenomena banyaknya alam yang rusak tak lain karena ulah manusia itu sendiri.

"Bukan hanya budayawan, semua masyarakat harus ngamumule (memelihara) kondisi alam. Salah satunya ada niatan memelihara alam dengan kesadaran dari diri sendiri," ujar tokoh seni budaya Sumedang, Deden 'Absurd', Selasa (31/3/2020).

Menurutnya, imbas kerusakan alam berdampak pada banyaknya terjadi bencana. Sebagai contoh, di Sumedang pernah terjadi sejumlah bencana akibat kerusakan alam.

"Upaya paling konkrit yang bisa dilakukan oleh kami (budayawan) untuk memelihara alam adalah dengan mau menanam pohon di berbagai lahan. Terutama lahan di bukit atau pegunungan," ujarnya.

Ia menggambarkan, konteks dalam simbol menyadarkan diri untuk menjaga alam itu seperti melalui acara ngarumat jagat. Disitu kami bisa menafakuri perlakuan manusia terhadap alamnya. Banyak perilaku buruk yang dilakukan manusia terhadap alam. Sehingga keburukan pula yang didapat," tuturnya.

Dikatakan, memelihara alam bisa dilakukan dengan kearifan lokal. Dari sejak dini harus ditanamkan, jangan menimbulkan kerusakan pada alam mengingat dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita nanti. Untuk itu budayakan kesadaran untuk memelihara alam. *** (rsi)

(penerbit: sumedangkab.go.id)