CIMALAKA - Triyanto petani muda asal Dusun Mulyasari, Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka  menggeluti usaha hidroponik. Ia  mengaku belajar bercocok tanam dengan cara hidroponik melalui internet.  "Awalnya coba coba dari styrofoam  bekas buah-buahan, melihat dari youtube dicoba meski sempat gagal terus dipelajari," katanya, Kamis (9/1/2020).

Menurut Tri, usahanya baru dirintisnya satu tahun telah menjadi mata pencaharian yang menjanjikan. “Banyak masyarakat yang menyukai sayuran yang berasal dari hidroponik meski terbilang lebih mahal dari biasanya. Selada yang biasa dihargai hanya 8 ribu per kilogramnya mampu terjual dengan harga 20 ribu per kilogramnya,” kata Tri.

Kebun hidroponik Tri  mampu menghasilkan 50 kg sayur dalam satu kali panen selama satu bulan sekali. “Ada 1.500 lubang hidroponik di kebun depan halaman rumah,” katanya.

Ia mengaku harga sayuran terbilang mahal tapi peminat banyak. “Bahkan masih sering kami tidak dapat memenuhi permintaan pasar karena tempat dan fasilitas yang masih sederhana," katanya.

Tanaman hidroponik dapat menjadi alternatif usaha lainnya yang mengikuti zaman, bercocok tanam tidak harus selamanya menyangkul bahkan cara penjualannya sudah melalui media sosial dan market place yang dibuat oleh adik dan istri Triyanto. "Kami sekeluarga tidak ada yang berlatar belakang petani, bahkan pendidikan saya kehutanan, istri dan adik saya lulusan sarjana komputer, media sosial dan websitenya gudanghidroponik," katanya. (rsi)

(penerbit: sumedangkab.go.id)