Penulis : Pupuh S Wijaya | Editor : Deddi Rustandi

PPS - Menghadapi ancaman bencana kekeringan di 33 desa yang tersebar di 10 kecamatan, Pemda Kabupaten Sumedang telah mengambil langkah-langkah antisipasi yang terukur. "BPBD melakukan koordinasi dengan PDAM dan gerak cepat jika sewaktu-waktu di butuhkan untuk memasok air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan. Warga juga diimbau agar menghemat pemakaian air bersih untuk keperluan sehari-hari," ujar Wakil Bupati Erwan Setiawan saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) bersama unsur Forkopimda dan Tim Kewaspadaan Dini Kabupaten Sumedang, terkait ancaman bencana kekeringan dan potensi kebakaran hutan, lahan dan pemukiman yang dilaksanakan secara daring, Jumat (8/9/2023).

Wabup juga menyebutkan, sesuai infografis bencana di Kabupaten Sumedang, selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2023 tercatat 53 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta 21 rumah. "Taksiran kerugian kebakaran rumah sekitar Rp 2,7 miliar serta luas lahan terbakar seluas 55,223 hektare," ucapnya.

Maka untuk mencegah hal tersebut terjadi kembali, Wabup mengatakan perlu adanya pos lapangan di tingkat kecamatan atau desa dengan tugas melakukan patroli Karhutla. "Serta perlu sosialisasi bagaimana cara melakukan pemadaman jika terjadi Karhutla," ujarnya.

Wabup juga meminta BPBD menyiapkan rencana kontijensi Karhutla sehingga lebih terkoordinir dalam upaya pencegahan dan penanganan Karhutla dengan melakukan pemataan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. "Tingkatkan koordinasi dengan TNI, Polri dan Kejaksaan.  Mengingat sebagian besar penyebab Karhutla adalah disengaja atau ulah oknum mayarakat. Pasang papan larangan melakukan pembakaran dan sanksi hukumannya, termasuk antisipasi kebencanaan di tempat wisata rawan bencana," katanya.

Sekda Herman Suryatman mengatakan, ancaman kebakaran dan kekeringan di Kabupayen Sumedang merupakan sesuatu yang terulang setiap tahun. "Ini bukan sesuatu yang baru. Jadi kita sudah punya pengalaman dan pengetahuan," ujarnya.

Oleh karena itu, pengalaman tersebut dijadikan pembelajaran untuk mengantisipasi kejadian berikutnya. "Itu ada pola yang tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Jadi belajar dari masa lalu, melqkukan langkah-langkah identifikasi dan antisipasi," ujarnya.

Menurut Sekda, kemungkinan perubahan iklim tahun ini lebih berat dengan tahun kemarin sehingga harus adab koordinasi dengan BMKG dan berbagai komponen terkait fenomena tersebut. "Karena kemarau yang berkepanjangan mempunyai resiko lebih ekstrem sehingga resiko kekeringannya akan lebih parah lagi," terangnya.

Sekda mengatakan, setelah memahami masa lalu dan menyiapkan hari ini, maka selanjutnya masa depan yang harus dirumuskan. "Kita akan menyiapkan skema program untuk menangani bencana kekeringan dan kebakaran ini jauh lebih baik dan akan menjawab persoalan," katanya. [*]

(penerbit: sumedangkab.go.id)